![]() |
Cak Gopar bercengkrama di tengah Jamaah Nurcu di Turki |
Ujian telah selesai, seluruh pelajar dan mahasiswa di Turki pun memasuki masa liburannya. Dan seperti teman-teman yang lain, di liburan kali ini Cak Gopar mengikuti program kitap okuma di salah satu komunitas jamaah Islam yang ada di kota Konya, Turki.
Di program ngaji lan moco kitap ini, Cak Gopar hanya ikut paket yang empat hari saja. Ngaji dimulai sejak pagi hingga malam hari, tentu saja ngajinya ada beberapa bagian, Okuma yakni Cak Gopar membaca kitab sendiri, Dinleme, Cak Gopar mendengar pembahasan kitab dan taushiyah dari seorang agabey atau hoca yang dipanggil secara khusus, dan ikram alias istirahat sembari ngemil dan ngobrol bercengkrama dengan santri-santri lain.
Mungkin karena penasaran atau sekedar basa-basi ingin bertanya, ketika ikram sedang berlangsung, seorang agabey bertanya kepada Cak Gopar, dengan pertanyaan yang sangat sederhana.
“Gopar agabey, Kac sayfa kitap okudun?”. Tanya seorang santri senior di tengah asyiknya cengkrama santri itu. “Cak Gopar, tadi kamu baca kitab dapat berapa lembar ?”
Maka reflek Cak Gopar yang mempunyai wajah imut dan unyu-unyu dibanding wajah-wajah Turki di ruang itu pun ringan menjawab.
“Elhamdulillah agabey, bu sabah OTUZ BIR sayfa kitap okudum”. Jawab Cak Gopar tanpa beban. “Alhamdulillah Mas Bro, Pagi ini aku sudah baca kitab sebanyak TIGAPULUH SATU lembar”.
Dan mendengar jawaban lugu Cak Gopar itu, tiba-tiba seluruh santri di ruangan tersebut geli menahan tawa. Cak Gopar monyong besengut menginta-ingat dalam hati adakah yang salah dengan jawabannya. Atau jangan-jangan ada sayur yang nempel di gigi Cak Gopar sehingga mereka pada tertawa.
Dan tak lama kemudian, para santri kembali bercengkrama penuh kehangatan.
Pada waktu luang di hari itu, Cak Gopar masuk ke kamarnya. Di sana sudah ada teman satu kamar dari Afghanistan. Dia sedang duduk dan tersenyum ketika melihat saya masuk ke kamar. Tiba-tiba dia bertanya ke Cak Gopar.
“Par Gopar, kamu tau nggak makna OTUZ BIR?” Tanya teman tadi sembari tersenyum.
“Tigapuluh satu kan ?”Jawab Cak Gopar.
“Iya bener. Tapi makna lainnya”. Teman tadi mencoba menjelaskan.
Dia pun memeragakan sesuatu dengan gerakan-gerakan yang hanya boleh diperagakan di depan anak berusia 18 tahun ke atas. Cak Gopar pun faham tapi masih meragukan.
“Onani!. Di Turki, Otuz Bir itu bahasa yang disimbolkan bermakna Onani!” Jelas teman tadi.
Maka, menjadi pink-lah wajah Cak Gopar mengingat jawaban yang dia ucapkan di tengah program kitap okuma tadi.
Ada sebuah Qoul mengatakan, Untuk menguasai sebuah kaum, maka kuasailah bahasanya.
Dan sejak saat itu, Cak Gopar hati-hati menggunakan kata 31.
Maka reflek Cak Gopar yang mempunyai wajah imut dan unyu-unyu dibanding wajah-wajah Turki di ruang itu pun ringan menjawab.
“Elhamdulillah agabey, bu sabah OTUZ BIR sayfa kitap okudum”. Jawab Cak Gopar tanpa beban. “Alhamdulillah Mas Bro, Pagi ini aku sudah baca kitab sebanyak TIGAPULUH SATU lembar”.
Dan mendengar jawaban lugu Cak Gopar itu, tiba-tiba seluruh santri di ruangan tersebut geli menahan tawa. Cak Gopar monyong besengut menginta-ingat dalam hati adakah yang salah dengan jawabannya. Atau jangan-jangan ada sayur yang nempel di gigi Cak Gopar sehingga mereka pada tertawa.
Dan tak lama kemudian, para santri kembali bercengkrama penuh kehangatan.
***
Pada waktu luang di hari itu, Cak Gopar masuk ke kamarnya. Di sana sudah ada teman satu kamar dari Afghanistan. Dia sedang duduk dan tersenyum ketika melihat saya masuk ke kamar. Tiba-tiba dia bertanya ke Cak Gopar.
“Par Gopar, kamu tau nggak makna OTUZ BIR?” Tanya teman tadi sembari tersenyum.
“Tigapuluh satu kan ?”Jawab Cak Gopar.
“Iya bener. Tapi makna lainnya”. Teman tadi mencoba menjelaskan.
Dia pun memeragakan sesuatu dengan gerakan-gerakan yang hanya boleh diperagakan di depan anak berusia 18 tahun ke atas. Cak Gopar pun faham tapi masih meragukan.
“Onani!. Di Turki, Otuz Bir itu bahasa yang disimbolkan bermakna Onani!” Jelas teman tadi.
Maka, menjadi pink-lah wajah Cak Gopar mengingat jawaban yang dia ucapkan di tengah program kitap okuma tadi.
***
Ada sebuah Qoul mengatakan, Untuk menguasai sebuah kaum, maka kuasailah bahasanya.
Dan sejak saat itu, Cak Gopar hati-hati menggunakan kata 31.
0 blogger-facebook:
Post a Comment