Meracel Bahreyn Kandili, adalah satu titik tempat pertamakali bertemunya Maulana Jalaluddin Rumi dengan Maha Gurunya, Syamsuddi at-Tibrizi. Sejak pertmuan itu, Rumi terserap cinta Sang Matahari, Syamsuddin at-Tibrizi.
Titik ini berada di dekat Aladdin Tepesi (Bekas Istana Daulah Seljuk). Berada lurus di jalan antara Aladdin Tepesi, Makam Syamsuddin at-Tibrizi dan Makam Jalaluddin Rumi.
Salah satu versi cerita pertemuan antara keduanya mengatakan :
Titik ini berada di dekat Aladdin Tepesi (Bekas Istana Daulah Seljuk). Berada lurus di jalan antara Aladdin Tepesi, Makam Syamsuddin at-Tibrizi dan Makam Jalaluddin Rumi.
Salah satu versi cerita pertemuan antara keduanya mengatakan :
Musim semi telah berkembang, di satu pagi yang paling indah. Maulana Jalaluddin Rumi dengan jubah biru muda kesukaannya sedang duduk tenang mengendarai keledai. Sebagai ulama termuka di Negeri Seljuk saat itu, masyarakat yang melihatnyapun berhenti untuk memberikan penghormatan kepada beliau. Namun tiba-tiba lelaki gagah dengan postur tubuh besar meloncat dihadapannya, sembari mengucap mantra-mantra syair penuh cinta. Lelaki tadi juga membacakan sepotong ayat dari surat ar-Rahman ayat 19 dari bibirnya kepada Jalaluddin Rumi yang sedang duduk di atas keledai. Ayat ini bercerita tentang bertemunya dua padang lautan. Inilah asal penamaan tempat ini disebut Meracel Bahreyn Kandili yang berarti Lilin Pertemuan Dua Lautan.
Maulana Jalaluddin Rumi tak tahan dengan cinta semewah dari lelaki tadi. Sekonyong-konyong Rumi pun ambruk pingsan dan terjatuh dari keledainya. Ketika tersadar, ia pun melangkah bersama si gagah penuh cinta laki-laki tadi, Syamsuddin At-Tibrizi. Kemanapun Semsi Tebriz pergi, di sana Maulana Rumi meundukkan kepala berada di belakangnya. Maulana Rumi tak menggubris murid-murid yang sejak tadi mengikutinya. Rumi sedang mabuk cinta!
Bersama Syamsuddin Tibriz, Maulana Rumi melangkah menuju rumah sahabatnya, Solahuddin si pandai Emas, dan kemudian memasuki sebuah kamar dengan pintu yang teramat besar.
Duhai... Cinta begitu agung. Di kamar itu, keduanya hanya diam duduk berhadapan dengan kesunyian sebagai bahasanya. Tujuh bulan tanpa makanan, namun bahagia nampak dari wajah sang Maulana. Wajah yang penuh cinta!
Maulana Jalaluddin Rumi tak tahan dengan cinta semewah dari lelaki tadi. Sekonyong-konyong Rumi pun ambruk pingsan dan terjatuh dari keledainya. Ketika tersadar, ia pun melangkah bersama si gagah penuh cinta laki-laki tadi, Syamsuddin At-Tibrizi. Kemanapun Semsi Tebriz pergi, di sana Maulana Rumi meundukkan kepala berada di belakangnya. Maulana Rumi tak menggubris murid-murid yang sejak tadi mengikutinya. Rumi sedang mabuk cinta!
Bersama Syamsuddin Tibriz, Maulana Rumi melangkah menuju rumah sahabatnya, Solahuddin si pandai Emas, dan kemudian memasuki sebuah kamar dengan pintu yang teramat besar.
Duhai... Cinta begitu agung. Di kamar itu, keduanya hanya diam duduk berhadapan dengan kesunyian sebagai bahasanya. Tujuh bulan tanpa makanan, namun bahagia nampak dari wajah sang Maulana. Wajah yang penuh cinta!
![]() |
Cak Gopar di depan titik tempat Meracel Bahreyn Kandili |
0 blogger-facebook:
Post a Comment