Tuesday 15, Apr 2025

728x90 AdSpace

Baru Dicoret
Friday, 8 July 2016

Cak Gopar Benarkah Kata Nabi, Makan ini dan itu tidak Boleh

Suatu saat saya pernah makan balik ekmek (roti plus ikan) di Istanbul. Seperti kebiasaan orang Turki, setelah makan saya minum Ayran, jenis minuman yang terbuat dari susu atau yogurt yang difermentasi. Teman saya nyeletuk, “Habis makan ikan itu gak boleh minum susu” ujarnya. Dia pun menjelaskan bahwa hal tersebut dilarang oleh Nabi kita.
Teman lain juga pernah menegur ketika saya makan dengan lauk ikan dan daging ayam, “mengkonsumsi makanan dari laut dan dari darat secara bersamaan itu tidak boleh!”. Ingin sekali saya mendapat penjelasan ilmiyah dari sisi kesehatan, karena ketika dia berkata “tidak boleh”, saya kira konotasi ini karena faktor kesehatan berkaitan dengan reaksi kimia yang akan terjadi dalam pencernaan. Eh gak tahunya dia bilang, “Ada hadis nabi yang melarangnya”.
Sejak saat itu, di group whats app beberapa kali saya dapat kiriman penjelasan yang sama, dan ternyata hal ini sudah banyak di internet. Judulnya macam-macam, antara lain “diet ala Rasulullah Saw.”, atau “Cara Makan Nabi Saw” dan lain sebagainya. Isinya Nabi melarang mengkonsumsi makanan sebagai berikut :

SUSU bersama DAGING
DAGING bersama IKAN
IKAN bersama SUSU
AYAM bersama SUSU
IKAN bersama TELUR
IKAN bersama DAUN SALAD
SUSU bersama CUKA
BUAH bersama SUSU
Jika pelarangan ini dari segi kesehatan, mungkin baik-baik saja, karena saya memang awam dalam hal ini. Tapi yang bikin sakit hati, pelarangan ini mengatas-namakan baginda Rasulullah Saw.

Setelah saya telusuri di beberapa kitab Syamail, ternyata tidak ada penjelasan sama sekali tentang mencampur makanan seperti yang bertebaran di internet itu. Padahal kitab-kitab Syamail-lah yang biasanya paling detail menjelaskan hal beginian tentang Rasulullah Saw.

Akhirnya saya menduga -dugaan positif tentunya- kitab “ath-Tibbun Nabawiy” karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah lah yang jadi penyebabnya. Judul kitab ini, jika diterjemahkan adalah “Pengobatan ala Nabi”. Tapi ternyata tidak serta merta di dalamnya semua merujuk kepada “ala Nabi”. Ada juga yang berisi kesimpulan Ibn Qayyim dari pembacaannya terhadap hadis-hadis kemudian beliau tulis “Bahwa nabi tidak pernah makan lauk A dan B secara bersamaan, juga lauk C dan D secara bersamaan!”. Di kitab ini, Ibn Qayyim juga sering dengan jelas mengutip pendapat ulama’ lain tanpa mengatas-namakan dari Nabi Saw. (Lihat contoh-contohnya di kitab “Ath-Tibbun Nabawiy karya Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah, hlm. 482 - 483, pada fasal “Fushulun Mutafarriqoh min al-Washoyaa an-Naafi’ah fil Ilaji wa at-Tadbir”). Jadi, justru pembaca kitab Ibn Qayyim ini lah yang salah duga dengan seenaknya mengatakan bahwa pelarangan ini datang dari Rasulullah Saw.... padahal Ibn Qayyim pun tidak mengatakan demikian.

Ketika saya jelaskan hal ini kepada seorang broadcaster di whats app, anehnya dia ngotot plus ngeyel dan mengatakan hal ini ada di buku “Metode Pengobatan Nabi”.
Sehingga, dengan judul kitab seperti itulah, para broadcaster di whatsapp yang asal copy-paste dari blog-blog antah berantah tanpa sumber itu mungkin salah paham dan dengan seenak udel-nya mengatasnamakan hal ini dari Rasulullah Saw.

Ingat, mengatas-namakan kepada Nabi Saw. kenyataan yang tidak bersumber dari beliau diancam dengan “nongkrong di tongkrongan neraka”(Man kaddzaba ‘alayya muta’ammidan falyatabawwa’ maq’adahu minannar).

Wallahu a'lam.

  • Komentar dengan ID Blogger
  • Komentar dengan Akun Facebook

0 blogger-facebook:

Post a Comment

Item Reviewed: Benarkah Kata Nabi, Makan ini dan itu tidak Boleh Rating: 5 Reviewed By: Cak Gopar