Saya adalah
orang yang percaya bahwa kekuatan musik apapun, itu terletak pada isi liriknya.
Apalagi musik-musik tersebut adalah syair-syair Arab yang mana sejak zaman
dahulu syair adalah kehidupan sehari-hari yang teramat penting dalam budaya
bangsa Arab. Untuk memacu perang, mereka mengawalinya dengan syair penuh
semangat, untuk menjilat seorang tokoh, mereka juga menggunakan syair, dan
masih banyak lagi kekuatan syair dalam bahasa Arab. Sehingga, bagi saya alunan musik
pengiring, nada dan intonasi pembacaannya adalah nomer sekian untuk memikat
pendengarnya.
Pada tulisan
ini saya ingin mencoba mengais hikmah dari sebuah nasyid karya seorang pemuda
Arab ganteng nan penuh senyum, Mushtofa Athef, nasyidnya berjudul Qomarun.
Musthofa Athef merilis album nasyid keagamaan Qomarun ini di Mesir pada
tahun 2014. Pada acara launching album ini, banyak para hadirin yang semangat
ikut melantunkannya sembari meneteskan air mata atau paling tidak matanya
berkaca-kaca seolah tenggelam dalam makna nasyid ini.
Ketika pertama
kali mendengar nasyid ini, saya yakin nasyid ini akan segera booming. Musthofa
Athef dalam beberapa video juga seringkali melantunkan nasyid Qomarun di
hadapan para Habaib Yaman dan para Ulama al-Azhar. Dengan itu semua, tak perlu
waktu lama akhirnya nasyid ini pun popuear di komunitas-komunitas pembacaan
Sholawat,,,, sampai-sampai Habib Syech pun beberapa kali juga turut
melantunkannya.
Pada awal
nasyidnya, dengan suara hening, tak ada lantunan musik gaduh, hanya iringan nada
seruling yang teramat keciiiil sekali yang nyaris tak terdengar, seolah suara
seruling ini ditiup dari kedalaman hati, Musthofa Athef menjelaskan muqaddimah
pujiannya atas keindahan Rasulullah Saw.
وأجمل منك لم تر
قط عين - وأجمل منك لم تلد النساءُ
خلقت مبرءاً من كل عيبِ - كأنك قد خُلِقت كما تشاءُ
خلقت مبرءاً من كل عيبِ - كأنك قد خُلِقت كما تشاءُ
Tak satupun mata pernah melihat yang lebih tampan darimu
Tak seorang wanitapun pernah melahirkan yang lebih tampan darimu
Engkau diciptakan terbebas dari semua aib
Seolah-olah engkau dicipta sebagaimana yang engkau inginkan
Rujukan atas kesaksian tampannya Rasulullah bisa kita dapatkan dari
para sahabatnya. Abu Hurairah Ra. pernah mengatakan Saya belum pernah
melihat paras wajah setampan Rasulullah Saw. Seolah-olah cahaya mentari berjalan
menelusuri wajahnya. (HR. Tirmidzi).
Ar-Rabi' binti Mu'awwidz pernah diminta untuk menjelaskan tentang
ketampanan Rasulullah Saw. beliau pun menjelaskan : Wahai Anakku, seandainya
kamu melihat beliau, maka itu berarti kamu sedang melihat matahari terbit. (HR.
ad-Darimi). Kiasan-kiasan para sahabat tentang ketampanan Rasulullah Saw.
sangat banyak, singkatnya, sebagaimana diceritakan oleh istri beliau Aisyah
Rha. Rasulullah saw. adalah orang yang wajahnya paling tampan dan kulitnya
paling bercahaya di antara yang lain. (HR. Al-Baihaqi).
Kemudia Musthofa Athef menyeru orang yang dicucurinya dengan pujian
tersebut. Ia menyerunya beberapa kali dengan panggilan Qomarun…
Qomarun sendiri adalah bahasa arab yang berarti Rembulan. Namun
rembulan pada syair ini bukanlah bulan yang setiap malam kita saksikan bergantung
indah di langit yang gelap gulita itu, tidak. Rembulan di sini merujuk kepada
kekasih teragung yang paling dicintai oleh seluruh umat Islam di dunia ini,
dialah Baginda Rasulullah Saw. ini sebagaimana yang ditegaskannya diujung
seruannya bahwa Qomarun adalah Sidnaa-n-Nabiy… Nabi Pemimpin kami!.
Kenapa dalam
nasyid ini beliau dipanggil dengan panggilan rembulan?. Hal ini menarik, saya
menyusuri kitab-kitab syamail yang menjelaskan tentang sebutan nama-nama
Rasulullah Saw., namun saya tak menemukan bahwa Qomarun adalah salah
satu dari nama yang dipautkan kepada beliau. Yang saya dapati justru beliau
Saw. disimbolkan dengan Purnama (al-Badru), sebagaimana syair Thola’al Badru
Alaina yang digunakan sewaktu menyambut kedatangan beliau ketika hijrah ke
Madinah. Juga ada potongan syair Anta Syamsun Anta Badrun (Engkaulah
marahari, engkaulah purnama) yang sangat popular di Indonesia.
Hanya ada satu
riwayat yang saya temukan seorang sahabat menkiyaskan Rasulullah Saw. dengan
rembulan. Hal ini sebagaimana cerita Abu Ishaq, suatu saat sahabat al-Barra’
ditanya oleh seseorang, apakah benar paras Rasulullah Saw. itu seperti
pedang yang berkilau?. Sahabat al-Barra’ pun tegas menjawab… Laa, bal
mitslu al-Qomar, Tidak tetapi beliau bagaikan rembulan!. (HR. Bukhari).
Imam
al-Qusthullani dalam kitab al-Mawahib, menukil ucapan Syekh Abu Bakar
ibn Al-Arabi dalam kitab Ahkamu-l Qur’an menjelaskan, bahwa Allah
Swt. sejatinya memiliki seribu nama, dan begitu pula Nabi Muhammad Saw.
memiliki seribu nama. Dengan pernyataan ini, Imam al-Qusthullani pun
memberikan syarh atas ucapan ini, beliau menulis: Setiap nama yang
dikehendaki dengan sifat-sifat pujian, apabila demikian halnya… maka setiap sifat
tersebut adalah sebuah nama bagi Rasulullah Saw.
Qomarun adalah simbol bagi kecantikan, keindahan, cahaya ter-terang di
langit malam yang dapat kita saksikan dan simbol-simbol mempesona lainnya.
Dengan penjelasan Imam al-Qusthullani di atas, maka sangat amat sah sekali
mensifati Rasulullah Saw. dengan seruan Duhai Rembulan!.
Pujian pun
berlanjut, Musthofa Athef seolah tak kuasa lagi untuk menggambarkan sang
kekasih dengan simbol-simbol kecantikan. Tegas ia menyeru Wa Jamiil…. Duhai
yang tampan rupawan.
Penjelasan
ungkapan Wa Jamil…. Duhai yang tampan rupawan ini cukuplah
penjelasan saya tentang ketampanan Rasulullah Saw. di atas. Namun ada satu hal
yang sangat penting untuk dikethui, bahwa ketampanan Rasulullah Saw. ini
berbeda dengan Nabi Yusuf as. yang juga dikenal dengan ketampanannya.
Perbedaannya terletak, bahwa paras tampan Nabi kita Muhammad Saw. bila
dipandang oleh seorang perempuan maka tidak menimbulkan hasrat aneh-aneh, hal
ini berbeda dengan ketampanan Nabi Yusuf yang membuat semua perempuan di
lingkungan istana tak kuat menahan diri hingga terjadilah kisah yang diabadikan
dalam al-Quran tentang Siti Zulaikha yang tak tahan untuk menahan hasrat kepada
nabi Yusuf.
Kemudian
Musthofa Athef melanjutkan ombak pujiannya dengan menuturkan :
وكف
المصطفي كالورد نادي .. وعطرها يبقي اذا مست ايادي
Dan talapak tangan manusia pilihan ini bak mawar yang sangat harum
Dan keharumannya lekat di setiap tangan yang menyentuhnya
Bagi saya, pada
potongan syair ini mengandung makna dhohir dan juga makna hakikat. Makna dhohir
yang saya maksud adalah sebagaiaman kesaksian para sahabat bahwa memang tubuh
Rasulullah Saw. itu sangat harum dan wangi. Bahkan, saking wanginya Rasulullah
Saw. sampai-sampai Ummu Sulaim mengambil botol dan berupaya memasukkan keringat
Rasulullah Saw. yang sedang tidur siang. Ketika ditanya, Ummu sulaim menjawab bahwa
keringatnya mau dijadikan parfum, karena wanginya adalah wangi terbaik. (HR.
Muslim).
Adapun makna
hakikat yang saya tangkap, keharuman yang lekat bagi yang tersentuh dengan
kulit Rasulullah Saw. adalah keberkahan dari Rasulullah Saw. Lihatlah kisah
Ukasyah Ra. yang ingin memukul Rasulullah Saw. dengan tongkat kayu secara langsung…
padahal itu dilakukannya hanya sebagai alasan agar kulit tubuhnya dapat
menempel dengan kulit tubuh mulia Rasulullah Saw., Ukasyah menjelaskan dengan
tersentuhnya kulitnya tersebut sebagai wasilah agar Allah Swt. menjauhkannya
dari api neraka. Dan masih banyak lagi kisah seperti ini yang mengharap
keberkahan dari segala hal yang pernah disentuh atau dimiliki oleh Rasulullah
Saw.
Dengan makna
demikian, sah lah jika Musthofa Athef melanjutkan pujiannya sebagai berikut :
وعم
ناولها كل العبادي .. حبيب الله يا خير البرا
Dan pemberian beliau melimpah kepada para hamba Allah
Duhai Kekasih Allah, Duhai manusia terbaik!
Bagaimana tidak
melimpah, dari sirah nabi, kita tahu betul bahwa seluruh hidupnya
Rasulullah Saw. senantiasa berpikir untuk kepentingan umatnya. Sampai sakaratul
maut pun dengan lirih beliau menyeru umatnya….. betapa melimpahnya kasih sayang
mewah ini yang diberikan Sang Qomar kepada seluruh manusia. Bagaimanapun
gelap yang menyertai manusia, maka Rembulan tak pandang bulu untuk
menyinarinya.
ولا ظل له بل كان نورا .. تنال الشمس
منه والبدورا
Beliau tak memiliki bayangan karena beliau adalah cahaya
Bahkan matahari dan purnama mendapatkan cahaya darinya
Mungkin banyak
dari kita menyangka kalimat ini adalah ungkapan majas. Namun ternyata apa yang
dikatakan Musthofa Athef bahwa Rasulullah Saw. tak berbayang adalah ungkapan
yang berdasar. Hal ini sebagaimana penjelasan Sahabat beliau Ibnu Abbas Ra.
yang mengatakan :
لم يكن للنبى صلى الله عليه
وسلم ظل ، ولم يقم مع الشمس قط إلا غلب ضوؤُه ضوءَ الشمس،
ولم يقم مع سراج قط إلا غلب ضوء السراج .
Sosok
Rasulullah Saw. tidak ada bayangannya. Jika beliau berdiri sedangkan matahari
bersinar, maka sinar yang terpancang dari beliau mengalahkan sinarnya matahari.
Begitu pula jika beliau berdiri di tengah cahaya lampu, maka cahaya beliau
lebih terang daripada cahayanya lampu.
Musthofa Athef
melanjutkan nasyidnya, kali ini adalah ungkapan pujian bercampur syukur atas
adanya Rasulullah Saw.
ولم يكن الهدي لولا ظهوره .. وكل
الكون انار بنور طه
Tak kan ada petunjuk hidayah jika beliau tak dilahirkan
Alam seluruhnya menjadi terang karena cahaya Sang Thoha
Rasulullah Saw. adalah wasilah bagi
seluruh manusia untuk mengenal ajaran agama Islam. Sebab itu sudah selayaknya
kita bersyukur atas nikmat dijadikannya kita sebagai umat Rasulullah Saw. Dengan
cahaya Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. inilah maka seluruh dunia terkena
penerangan.
Akhirnya…
Bagaimana aku tak memujimu duhai
Rasulullah…. Jika PenciptaMu dan para malaikat pun bersholawat kepadamu.
Saksikanlah duhai Rasuuulll….. aku
bersholawat kepadamu…. Allahumma Shalli ‘ala Sayyidini wa Habibina wa Syafi’inaa….
Muhammadin ibn Abdillah.
Wallahu a’lam.
Sejenak, mari kita mendengarkan
alunan nasyid Qomarun berikut ini……
0 blogger-facebook:
Post a Comment