Mama. Ananda kangen.
Mama. Saat ini ananda ingin layaknya putramu beberapa tahun yang lalu. Bungsumu. Yang selalu mama bela ketika kakak-kakakku memnggodaku.
Mama. Ananda kangen.
Maafkan ananda karena tak hebat menahan rasa kangen ini. Aku adalah bungsumu. Yang dulu ketika hendak tidur, mama nyanyikan lagu rindu akan kampung halaman dengan bahasa sulawesimu itu. Sungguh, suara merdumu masih jelas ananda dengar hingga saat ini.
Mama. Ananda kangen.
Dengan elusan-elusan tangan lembutmu yang penuh berkah itu di kepalaku. Garukan-garukan jemarimu di punggungku untuk menenangkanku. Andainya saat ini bisa kupegang tangan itu, akan kuciumi berkali-kali.
Mama. Ananda kangen.
Dengan suapan nasi dari tanganmu ke mulutku. Dan mama sangat sabar ketika aku berlarian tak mau makan. Mama, aku tak akan berlarian lagi jika mama akan menyuapiku lagi. Akan ananda rekam memori itu.
Mama. Ananda kangen.
Dengan cubitan kecilmu di pahaku ketika ananda enggan bangun untuk shalat subuh di kasur empuk itu. Mama, cubitlah ananda lagi ma!. Ananda janji tak akan merintih atau mengaduh.
Mama. Ananda kangen.
Dengan bubur nasi yang mama taburi gula itu pada nyaris setiap pagi di masa kecilku. Ananda selalu merengek agar mama membuatkannya untukku. Dan mama menatapku penuh senyum ketika aku menikmatinya dengan lahap.
Mama. Ananda kangen.
Mama. Saat ini ananda ingin layaknya putramu beberapa tahun yang lalu. Bungsumu. Yang selalu mama bela ketika kakak-kakakku memnggodaku.
Mama. Ananda kangen.
Maafkan ananda karena tak hebat menahan rasa kangen ini. Aku adalah bungsumu. Yang dulu ketika hendak tidur, mama nyanyikan lagu rindu akan kampung halaman dengan bahasa sulawesimu itu. Sungguh, suara merdumu masih jelas ananda dengar hingga saat ini.
Mama. Ananda kangen.
Dengan elusan-elusan tangan lembutmu yang penuh berkah itu di kepalaku. Garukan-garukan jemarimu di punggungku untuk menenangkanku. Andainya saat ini bisa kupegang tangan itu, akan kuciumi berkali-kali.
Mama. Ananda kangen.
Dengan suapan nasi dari tanganmu ke mulutku. Dan mama sangat sabar ketika aku berlarian tak mau makan. Mama, aku tak akan berlarian lagi jika mama akan menyuapiku lagi. Akan ananda rekam memori itu.
Mama. Ananda kangen.
Dengan cubitan kecilmu di pahaku ketika ananda enggan bangun untuk shalat subuh di kasur empuk itu. Mama, cubitlah ananda lagi ma!. Ananda janji tak akan merintih atau mengaduh.
Mama. Ananda kangen.
Dengan bubur nasi yang mama taburi gula itu pada nyaris setiap pagi di masa kecilku. Ananda selalu merengek agar mama membuatkannya untukku. Dan mama menatapku penuh senyum ketika aku menikmatinya dengan lahap.
Mama. Ananda kangen.
Ananda ingin menatap mu dalam baju sederhana corak kembang-kembang itu. Dengan jilbab hitam-putihmu. Dengan mukenah mu itu. Ananda tak akan segan memelukmu.
Mama. Ananda kangen.
Dengan sosokmu yang mendampingiku ketika makan mie goreng di depan pintu rumah itu.
Mama. Ananda kangen.
Dengan genggam tanganmu pada tanganku ketika mama mengajarkan ananda menggambar dan mewarnai.
Mama. Ananda kangen.
Dengan suasana ketika kita berjalan berdua sehabis ananda pulang sekolah. Tanganku menggandeng tanganmu, sementara tangan yang satunya sedang asik memegang ice cream tiga rasa yang mama belikan untuk hentikan tangisku itu.
Mama. Ananda kangen.
Ingatkah ketika dulu ananda minta mama belikan kelereng, dan mama berjanji akan membelikannya kalau dapat arisan?!. Mama tidak pernah membohongiku, hari minggu itu ananda ikut mama belanja. Dan mama membelikanku 10 renteng bungkus kelereng, Pada setiap bungkus ada 4 butir kelereng. Kelereng terbanyak yang pernah ananda miliki.
Mama. Ananda kangen.
Ananda ingat betul ketika ananda mengeluh karena teman-teman mempunyai mainan mobil-mobilan yang bisa ditarik dengan tali. Dan pada suatu siang, mama datang dari mengajar. Dengan seragam abu-abu mu itu, mama membawa hadiah untuk bungsumu ini, Mobil Batman berwarna merah dengan ukuran besar. Mama, maaf ananda lupa mengucapkan terimakasih saat itu. Dan tanpa istirahat sepulang kerja, mama membantuku memasang tali di depan mobil Batmanku itu agar aku langsung bisa memainkannya. Mama tersenyu melihat tingkahku.
Mama. Ananda kangen.
Sayur bayam dan ikan pindang yang mama masak di siang itu. Juga telur goreng setengah matang dengan kecap yang mama tuangkan dengan bentuk melingkar-lingkar di piringku agar ananda memakannya lahap.
Mama. Ananda kangen.
Dengan segala apa yang pernah kita lalui bersama.
Mama. Terimakasih atas segalanya. Maaf ananda tak bisa membalas kebaikanmu.
Mama. Ananda kangen.
Ketika ananda sebut namamu. Hanya air mataku yang membuktikan. Bahwa sungguh, ananda kangen mama.
Jaga kesehatan selalu ya ma!
Mama. Ananda kangen.
Dengan sosokmu yang mendampingiku ketika makan mie goreng di depan pintu rumah itu.
Mama. Ananda kangen.
Dengan genggam tanganmu pada tanganku ketika mama mengajarkan ananda menggambar dan mewarnai.
Mama. Ananda kangen.
Dengan suasana ketika kita berjalan berdua sehabis ananda pulang sekolah. Tanganku menggandeng tanganmu, sementara tangan yang satunya sedang asik memegang ice cream tiga rasa yang mama belikan untuk hentikan tangisku itu.
Mama. Ananda kangen.
Ingatkah ketika dulu ananda minta mama belikan kelereng, dan mama berjanji akan membelikannya kalau dapat arisan?!. Mama tidak pernah membohongiku, hari minggu itu ananda ikut mama belanja. Dan mama membelikanku 10 renteng bungkus kelereng, Pada setiap bungkus ada 4 butir kelereng. Kelereng terbanyak yang pernah ananda miliki.
Mama. Ananda kangen.
Ananda ingat betul ketika ananda mengeluh karena teman-teman mempunyai mainan mobil-mobilan yang bisa ditarik dengan tali. Dan pada suatu siang, mama datang dari mengajar. Dengan seragam abu-abu mu itu, mama membawa hadiah untuk bungsumu ini, Mobil Batman berwarna merah dengan ukuran besar. Mama, maaf ananda lupa mengucapkan terimakasih saat itu. Dan tanpa istirahat sepulang kerja, mama membantuku memasang tali di depan mobil Batmanku itu agar aku langsung bisa memainkannya. Mama tersenyu melihat tingkahku.
Mama. Ananda kangen.
Sayur bayam dan ikan pindang yang mama masak di siang itu. Juga telur goreng setengah matang dengan kecap yang mama tuangkan dengan bentuk melingkar-lingkar di piringku agar ananda memakannya lahap.
Mama. Ananda kangen.
Dengan segala apa yang pernah kita lalui bersama.
Mama. Terimakasih atas segalanya. Maaf ananda tak bisa membalas kebaikanmu.
Mama. Ananda kangen.
Ketika ananda sebut namamu. Hanya air mataku yang membuktikan. Bahwa sungguh, ananda kangen mama.
Jaga kesehatan selalu ya ma!
0 blogger-facebook:
Post a Comment