Beberapa hari lalu, seorang mahasiswa bertanya kepada saya. “Pak, apakah Nabi Adam as. itu mengalami masa kecil seperti kita? atau diciptakan langsung dewasa?”.
Di detik pertama saya diam sejenak
karena tersedak pertanyaan yang tidak saya sangka ini. Pada beberapa detik
kemudian saya menerawang meraba-raba ayat-ayat penciptaan Nabi Adam as.
Akhirnya saya jawab : “Iya, Nabi
Adam itu manusia, dan tentu pernah mengalami masa kecil seperti selayaknya
manusia”.
Kenapa saya mengatakan seperti itu?
Berikut penjelasan saya pada saat itu:
Alasan Pertama :
1.
Karena
banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang penciptaan Nabi Adam as.
khususnya (dan penciptaan manusia pada umumnya), semua menggunakan lafadz yang
berakar dari kata “Kho-la-qo” yang pada ayat-ayat tersebut menjelaskan
penciptaan dari aspek material-biologis.
Berbeda dengan
ayat-ayat yang menggunakan kata yang berakar dari “Ja-‘a-la”, pada
ayat-ayat ini berbicara tentang manusia dari aspek kemanusiaan, status, psokologis
dan lain sebagainya.
Jika
ayat-ayatnya penciptaan nabi Adm as.banyak menjelaskan dari aspek material-biologis,
berarti selayaknya manusia, nabi Adam pun mengalami proses menua dari anak-anak
hingga dewasa.
Sebab itu ada
riwayat yang menjelaskan bahwa usia nabi Adam itu 1000 tahun. Jika demikian,
maka beliau pernah mengalami usia 900 tahun, 500 tahun, 100 tahun, 50 tahun, 10
tahun dst.
Alasan Kedua :
2.
Contohnya
ayat 59 surat Ali Imran :
إِنَّ
مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ
“Sesungguhnya
perumpamaan Isa di sisi Allah itu seperti Adam.”
Terkait dengan
sebab turunnya ayat ini, banyak para mufassir menjelaskan bahwa ayat ini
mem-perumpamakan antara nabi Adam dan Nabi Isa alaihimaa-s-salam dari segi
sifat kelahirannya, bahwa keduanya dilahirkan tanpa seorang ayah, nabi Adam
lebih dahsyat lagi, tanpa ayah dan tanpa ibu. Jadi perumpamaan ayat ini bukan
dari aspek siapa dulu yang diciptakan.
Lanjutan
ayatnya dijelaskan :
خَلَقَهُ
مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“(Allah)
menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman : “Jadilah!”, maka jadilah
dia.”
Diawali dengan
kata “Kho-la-qo”, yang menunjukkan penciptaan material-biologis dari
tanah. Kemudian Huruf ha’ dhomir pada ayat ini merujuk kepada nabi Isa
as., bahwa ia diciptakan dari tanah. Konklusi yang harus diterima dalam
perumpamaan kalimat sebelumnya, berarti nabi Adam juga diciptakan dari tanah.
Sebenarnya
doktrin “manusia diciptakan dari tanah” adalah salah satu doktrin dalam agama
kita tentang proses penciptaan manusia seluruhnya, bukan hanya Nabi Isa dan
Nabi Adam saja.
Yang menarik,
pada ujung ayat ini, yaitu kalimat “Kun Fa yakuunu”….
Ketika Allah
Swt. berfirman “KUN…. Jadilah!”, maka untuk menjadi YAKUUNU (ada)
itu membutuhkan proses. Lihat saja redaksinya, antara kata KUN dan YAKUUNU itu
ada FA (kemudian/maka).
Lihat juga pada
banyak ayat-ayat tentang penciptaan manusia dalam al-Qur’an, dijelaskan adanya
proses dari nuthfah, kemudian jadi ‘alaqoh, lalu jadi
mudhghoh, lalu jadi idzhom, kemudian dibungkus dengan lahm (daging),
baru ditiupkan ruh, maka jadilah manusia.
Proses ini lah
dinamakan YAKUUNU…. Dalam bahasa arab bentuk kalimat seperti ini disebut
fi’il mudhori’, menjelaskan yang sedang atau akan terjadi. Jadi, Allah
Swt. itu menghargai adanya proses, begitu sunnatullahnya!.
Waktu saya
kecil dulu, ketika membaca makna Kun fa yakun saya selalu membayangkan
seperti sulap, dari ‘tidak ada’ dengan tidak kurang dari sedetik lalu menjadi
‘ada’. Walaupun tentu Allah Swt. bisa dengan mudah melakukan hal seperti itu, Karena
Dia itu Qadirun ala kulli syai’…. Kuasa terhadap segala sesuatu!
Alasan Ketiga :
3.
Apakah
ada tafsir yang menjelaskan dengan jelas bahwa nabi Adam pernah menjadi seorang
anak?. Ternyata ada (Jawaban ini tidak saya berikan ketika di kelas bersama
mahasiswa penanya tadi, tapi saya ketahui seletah menelusuri beberapa kitab
tafsir).
Hal ini bisa
kita lihat tafsir atas nsurat Maryam ayat 21, Imam Abu Manshur al-Maturidi,
ulama top Ahlussunnah wal Jamaah tersebut dalam kitabnya Ta’wilaat Ahlis
Sunnah : Tafsir al-Maturidi ketika menjelaskan mukjizat nabi Isa as. yang
dilahirkan tanpa ayah, Imam al-Maturidi memberikan contoh dengan gamblang
menjelaskan seperti berikut :
للأنبياء
الذين كانوا من قبل: إنه يخلق ولدًا بلا أب ولا أم
“Bagi para nabi
sebelumnya : sesungguhnya Dia menciptakan SEORANG ANAK tanpa ayah dan ibu”.
Dan kita tahu, dari sekian banyak nabi yang diciptakan tanpa seorang
ayah dan ibu itu hanya satu, yaitu Nabi Adam as. dan dengan jelas Imam Maturidi
menjelsakan dengan lafadz WALAD,,,, alias ANAK!.
Kemudian pertanyaan berlanjut dari
mahasiswa lain. “Lalu apa saja yang pernah dialami Nabi Adam pada masa
kecilnya?”.
Tapi berhubung jari saya sudah capek untuk ngetik terlalu panjang, dan malam semakin larut.... so kapan-kapan saja jawaban atas pertanyaan ini saya tulis beberapa hari lagi insya Allah.
Wallahu a'lam bish-Showaab.
Malang,
Rabu, 05102016
9.55 PM
Malang,
Rabu, 05102016
9.55 PM
Ijin share ya UStadz :)
ReplyDeleteSilahkan :)
DeleteMaa syaa Alloh! Mendalam banget pembahasannya, Ustadz.
ReplyDeleteAlhamdulillah.... semoga bermanfaat. :)
DeleteBagaimana dengan hawa apakah mengalami masa keci?
ReplyDeletebaru saja saya menjelaskan jawaban ini pada teman saya, namun saya ragu apakah benar atau salah.. awalnya saya berpikir bahwa nabi Adam di surga itu ketika kanak2, dan saat beliau dewasa beliau kesepian dan Allah menciptakan Hawa sebagai teman Adam, namun kapan manusia berdosa ? ketika Nabi Adam dan Hawa memakan buah Kuldi (buah Pengetahuan) dan saat itulah mereka telanjang dan berlaku dosa pada diri mereka...
ReplyDeletemaka dari sejarah itu jadilah saat ini juga, ketika saya masih anak2 dosa tidak berlaku bagi saya, namun ketika saya sudah balig, dosa berlaku bagi saya.. ini menandakan bahwa kutukan buah kuldi di tubuh kita juga terjadi..