Sunday 13, Apr 2025

728x90 AdSpace

Baru Dicoret
Monday, 7 March 2016

Cak Gopar 1001 Hari Suluk Darwish Dalam Tarekat Maulawiyyah



Seseorang yang memutuskan untuk menempuh jalan tasawwuf dengan menjadi sufi Darwish dalam Tarekat Maulawiyyah tidaklah dapat ditempuh dengan mudah. Berbeda dengan beberapa tarekat yang cukup datang kepada seorang mursyid kemudian berbai’at kepadanya tanpa persyaratan yang sulit.

Dalam tarekat yang dipelopori oleh Maulana Jalaluddin Rumi ini, sebelum seseorang memutuskan menjadi Darwish Maulawi, maka ia harus memenuhi tiga syarat utama, yakni mendapat ridho (kerelaan) dari orang tua, telah mencapai usia baligh, dan belum menikah.

Ilustrai Calon Darwish Maulawi
Jika tiga syarat ini telah terpenuhi, maka calon darwish harus menghadapi ujian kesabaran yang ketat yang biasa disebut dengan “Cile”. Cile sendiri bermakna pendidikan 1001 hari menghadapi cobaan.

Sebelum dikabulkan untuk menempuh Cile, calon darwish maulawi harus duduk dalam posisi tahiyyat di atas sebuah tempat batu yang telah disediakan di dapur Dergah (pemondokan tasawwuf) dan meletakkan sepatunya di lubang di bawah tempat duduknya. Posisi seperti ini harus ditempuh selama 3 hari tanpa boleh beranjak dan merubah posisi duduk kecuali untuk mendirikan shalat dan menyelesaikan hajat di kamar kecil. Selama menempuh ujian ini, makanan dan minuman akan disediakan oleh para darwish yang lain, namun tak satupun dari mereka yang boleh berbicara dengan calon darwish ini.

Jika ia mampu menempuh ujian ini, seorang Asci Dede (syekh yang bertanggungjawab penuh soal dapur) akan memutar posisi sepatu sebagai tanda diterimanya ia untuk menempuh jalan tasawwuf para darwish tarekat Maulawiyyah. Kemudian seorang dede juga akan meletakkan Sikke-i Şerîf  (topi panjang yang digunakan para darwish) di atas kepala darwish baru ini, maka sah-lah ia disebut sebagai Nev-niyâz, yakni murid yang baru menjadi darwish Maulawiyyah.

Nev Niyaz sedang ber-hizmet
Kemudian, darwish baru ini diharuskan untuk menempuh 1001 hari kehidupan yang tidak mudah di kawasan Dergah yang disebut Cile tadi. Seorang yang baru menjadi darwish, mulanya harus ber-hizmet di bagian dapur dipimpin oleh seorang Asci Dede. Selama di posisi ini, darwish tersebut mempunyai beberapa pekerjaan wajib yang harus dikerjakan berurutan. Awalnya ia mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan sepatu; membersihkan, merapikan rak, memperbaiki sepatu dan lain sebagainya. Jika telah menguasai tugas ini dengan baik, maka ia akan bertugas sebagai tukang sapu. Seterusnya secara berurutan ia akan “naik pangkat” bertugas untuk belanja ke pasar, lalu memasak, pencuci piring dan seterusnya yang jumlah totalnya ada 18 tugas yang harus ia jalani selama ber-hizmet di dapur. Pada tingkat ini juga, seorang darwish mempelajari baca-tulis al-Qur’an, bahsa Arab, fikih dasar, hadis dan lain sebagainya. Selama di sini, sedikit demi sedikit ia juga akan mendapatkan pelajaran tasawuf tarekat Maulawiyyah.
Matbaa Serif, ilustrasi dapur di Dergah Maulawiyyah
Setelah itu, seorang darwish mempunyai tanggungjawab menjadi asisten dari Asci Dede untuk memberikan pelajaran tasawuf bagi tingkat di bawahnya. Pada tingkat ini, seorang darwish juga diberikan pakaian Sema yang digunakan untuk tarian sufi berputar.

Sedikit demi sedikit diperkenankan belajar Tari Sema (tari sufi berputar)
Lalu di dergah-dergah Maulawiyah, para darwish setiap hari membaca dan mengkaji kitab al-Matsnawi, sebuah kitab karya Maulana Jalaluddin Rumi. Di tingkat ini juga, para darwish diajarkan kesenian-kesenian indah semacam kaligarifi, membuat miniatur, seni lukis di atas keramik, kesenian yang berkaitan dengan kulit dan lain sebagainya. Dari hasil kesenian inilah mereka dapat mencari rezeki halal. Oleh sebab itu, dergah-dergah Maulawiyah menjadi semacam pusat sanggar-sanggar kesenian karena para darwish banyak sekali membuat karya-karya seni.
Mempelajari kitab-kitab Maulana Jalaluddin Rumi
Setelah menempuh cile, darwish bisa disebut sebagai seorang Dede
Sampai tingkat ini, maka seorang darwish telah berhasil menempuh Cile. Bahkan banyak juga pada tingkat ini mereka disebut sebagai “Dede”. Selama pendidikan 1001 hari ini, seorang darwish tidak diperkenankan untuk keluar dari kawasan dergah.


Hasip Dede ketika muda, seorang Dede bagian Musik
Cak Gopar dalam busana Darwish Maulawiyah

  • Komentar dengan ID Blogger
  • Komentar dengan Akun Facebook

0 blogger-facebook:

Post a Comment

Item Reviewed: 1001 Hari Suluk Darwish Dalam Tarekat Maulawiyyah Rating: 5 Reviewed By: Cak Gopar